Selasa, 11 Oktober 2011

Senja di bukit Gandul

Sore itu,selasa hari ke 11 di bulan Oktober tahun ke 2011
mentari perlahan lahan mulai sembunyi di balik bukit,wajah yang renta mulai beranjak dari ladang menuju istana kebanggaannya.
Rumah yang mungkin lebih tepat di sebut gubuk,baginya laksana istana konglomerat penuh dengan glamor glamor kehidupan.

di balik kepenatan,tersirat satu keyakinan menatap hari tua dengan penuh harapan...
meski usia tlah nginjak tahun ke 70 an,Taqdir tlah menggariskan membiayai anak ragilnya yang msh duduk di bangku SMK.

Mestikah kita harus menyalahkan taqdirnya?
suratan itu tlah terpampang olehNya,Realisme.........
kenyataan bukanlah sebuah mimpi.....
keadaan bukanlah angan angan dan program ideal..

ada hiukmah yang terkandung di balik keperkasaan sang bapak yang mulai manula.
ada perjuangan yg tiada akhir dari se oarang bapak...
Ada kebanggaan bagi seorang anak yang tumbuh dan subur dari jerih payah seorang bapak.

Kini...
Tinggallah aku bertanya pada sang anak...
Banggakah kau dengan keadaan yang kini kau hadapi/
Apa justru kau merasa menyesal tlah terlahir dengan kondisi yang ada?

Ku tak bisa menyembunyikan rasa kagumku,pada ke ikhlasan sang bapak dengan perjuangannya.

Bapak,selamat berjuang...
semoga anakmu kelak bisa mengangkat harkat dan martabatmu di hadapan Ilahi Robbi

Sabtu, 01 Oktober 2011

Pengorbanan

Kaya,miskin atau mungkin fisik kita adalah sunnah Alloh yg harus kita terima apa adanya.
Termasuk,kisah yang satu ini.
Ahmad,sebutlah begitu.secara ekonomi memang tergolong lemah.
Anak seorang petani,yang lahir di Jawa timur.

Sekolah Dasar tlah dilewatinya,demikian pula pendidikan SMP dan SMA tlh di tamatkannya.
Kini,Ahmad bertekad melanjutkan jenjang pendidikannya ke Universitas terkemuka di Jawa Timur.
Alhamdulillah,lewat UMPTN Ahmad di terima di Perguruan tinggi tersebut.
Senang,haru bercampur baur jadi satu.

Buat Ahmad tak ada kata mundur dalam perjuangan .
namun apa daya kemampuan Ortu yang ekonomi lemah,membuat Ahmad harus berfikir panjang.
Dan kini,di lakonilah kuliah sambil mencari tambahan pendapatan.....
Berjualan keliling dari kampung ke kampung di seputar kampus di mana dia kuliah....
Saban hari habis kuliah pekerjaan itu di laluinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan...

Hingga suatu ketika Ahmad,pernah kehausan yg luar biasa,di tengah tengah menjajakan barang dagangannya.
Diapun memberanikan diri meminta air putih pada seorang Ibu separoh baya.
diminumlah air putih itu hingga terasa nikmat yg luar biasa.

Kini,Ahmad tlah menyandang gelar Dokter spesialis penyakit dalam.
Istri,anak, rumah dan materi tlah tercukupi.
Saat dia sedang tugas,ada laporan bahwa rumah sakit ini menerima rujukan dari rumah sakit yg lain,pasien itu menderita penyakit dalam yg akut.

Ahmad datang memeriksa pasien itu,sorot mata Ahmad tak pernah berhenti memandang pasien dengan penuh tanya.
Apakah ibu tinggal di kampung dekat kampus kuliah saya?
Iya! jawab ibu.
Kenapa pak Dokter kok tanya rumah saya?
Coba Ibu pandang saya baik baik,bukankah Ibu dulu pernah membantu saya,dengan memberi segelas air?
Tak di sangka dokter itu msh ingat.kejadian itu tlah berlangsung 20 tahun yang lalu.
Iya Nak,aku ingat.kini aku sdh tak punya apa apa lagi.

Suami tlah meninggal,rumah sdh aku jual dan anak anakku tlah jatuh miskin karena sakitku.
kini Ibu tinggal menunggu kematian saja.karena sdh tak punya apa apa.
Ibu jangan sedih,semua biaya perawatan sudah ada yang nanggung.

Siapa Nak yg Nanggung?tanya Ibu.
Dr Ahmad Bu, ya saya sendiri......